BukuDongeng SANG PUTERI DAN PANGERAN KODOK di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Merekaadalah putri, pangeran, ratu, dan raja. Kumpulan dongeng putri malaysia yang paling terkenal. 17 April 2020 Dongeng Cerita Rakyat. Cerita dongeng putri tidur dan pangeran adolf. Pangeran aji lesmana dan puteri rauna selalu menolong rakyat yang kesusahan. Berita kebahagiaan lepasnya kutukan penyihir dan pertemuan kembali antara sang putri CeritaDongeng Pangeran Ikan Alkisah, pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan di negeri nan jauh. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang Raja dan Ratu. Mereka memiliki dua anak laki-laki. Meski kakak adik, wajah mereka sangatlah berbeda. Si sulung bertubuh pendek dan wajahnya sangatlah buruk rupa. Vay Tiền Nhanh. Pernah mendengar cerita dongeng tentang pangeran kodok yang menikah dengan seorang putri? Namun, pernahkah kamu mengetahui kisah aslinya? Kalau belum, cek artikel ini yuk!Banyak orang mungkin sudah mengenal kisah Putri Tiana yang jatuh cinta kepada seekor kodok. Namun, tak banyak orang yang mengetahui, kalau seperti halnya Putri Duyung dan Putri Tidur, kisah Pangeran Kodok itu juga awalnya merupakan cerita dongeng buatan seorang penulis cerita adalah Jakob dan Wilhelm Carl Grimm, kakak beradik dari Jerman yang lebih banyak dikenal dengan nama Grimm Bersaudara. Meskipun dongeng itu akhirnya diadaptasi oleh Disney, tapi rupanya ada beberapa hal yang apa yang berbeda, ya? Kalau penasaran, langsung saja baca cerita dongeng Pangeran Kodok di bawah ini, yuk! Selain kisahnya, kamu juga bisa mendapatkan ulasan tentang unsur-unsur intrinsik kisahnya dan fakta-fakta Dongeng Pangeran Kodok Sumber Wikimedia Commons Alkisah pada suatu masa, ada seorang raja yang memiliki putri-putri yang cantik jelita. Putri yang paling muda memiliki wajah paling cantik. Konon saking cantiknya, matahari sampai merasa minder untuk bersinar terlalu terang. Tak jauh dari istana sang raja terdapat hutan kayu yang gelap dan rimbun. Di dalamnya, ada sebuah sumur di bawah pohon tua yang daun-daunnya berbentuk hati. Sang putri bungsu sering menghabiskan waktu di pinggir sumur yang dingin tersebut. Baik ketika cuaca tengah panas atau ketika waktu terasa panjang dan membosankan. Tak jarang, ia juga membawa bola yang terbuat dari emas untuk memainkannya dengan cara melemparkan ke atas lalu menangkapnya lagi. Insiden Bola Emas Pada suatu hari, bola yang tengah dimain-mainkan tersebut tanpa sengaja tergelincir dari tangan sang putri hingga terguling masuk ke dalam sumur. Sang putri bungsu hanya bisa terdiam memandang ke dalam sumur yang begitu dalam sehingga dasarnya tak terlihat itu. Tanpa sadar, air mata mengalir di pipinya karena sedih kehilangan bola kesayangannya. Di tengah-tengah tangisannya, ia mendengar suatu suara yang tak terlihat wujudnya. “Apa yang membuatmu bersedih, tuan putri? Air matamu itu bisa melelehkan hati yang kaku dan terbuat dari batu.” Sang putri pun menolehkan kepalanya ke arah sumber suara tersebut, tapi tak bisa menemukan siapa-siapa. Alih-alih, ia justru menemukan seekor kodok yang menjulurkan kepalanya dari permukaan air. “Apakah kamu yang berbicara?” tanya sang putri, ” Aku menangis karena sedih bola emasku tergelincir ke dalam sumur!” “Tidak perlu sedih, putri! Aku bisa menolongmu!” ujar sang kodok, “Namun, apakah yang akan kamu berikan padaku sebagai bayarannya?” “Apa pun yang kamu inginkan, tuan kodok,” jawabnya, “pakaian, mutiara, atau perhiasan apa saja yang kamu mau, pasti akan aku berikan padamu. Bahkan, jika mau kamu bisa mendapatkan mahkota emas yang aku kenakan ini!” “Pakaian, perhiasan, mutiara, atau bahkan mahkota emasmu itu bukanlah untukku, putri,” jawab sang kodok, “Aku hanya memintamu bisa menganggapku sebagai temanmu, membiarkanku duduk di mejamu, makan dari piringmu, minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu. Kalau kamu bisa berjanji membiarkan melakukan semua itu, aku akan menyelam ke dalam sumur dan mengambilkan bola emasmu!” “Baiklah!” ucap sang putri dengan yakin, “Aku berjanji akan melakukan semua yang kamu minta itu asalkan kamu ambilkan bola emas kesayanganku!” Meskipun begitu, sang putri berpikir kalau apa yang dikatakan sang kodok itu hanyalah omong kosong belaka. Janjinya pun tidak sungguh-sungguh ingin ia tepati. Baca juga Cerita Rakyat Terjadinya Gunung Merapi dan Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Dibaca Janji yang Tak Ditepati Sumber Wikimedia Commons Tepat setelah sang putri bungsu berjanji, sang kodok langsung menyelam kembali ke dalam air untuk mengambil bola emas milik sang putri. Tak lama, ia kembali ke permukaan air dengan bola emas di mulutnya. Bola tersebut langsung ia lemparkan ke atas rumput. Putri raja yang senang melihat mainan kesayangannya kembali langsung mengambil bola emas itu dan langsung lari menjauh. “Tunggu! Berhenti!” teriak sang kodok, “Bawa aku bersamamu! Aku tidak bisa berlari secepat kamu!” Namun, teriakan itu tidak diindahkan sang putri. Ia justru semakin mempercepat larinya agar bisa segera pulang ke rumah. Sang putri kemudian berusaha melupakan insiden yang terjadi bersama sang kodok. Di lain pihak, sang kodok kembali masuk ke dalam sumur. Datang Bertamu Keesokan harinya, ketika sang putri bungsu tengah sarapan di meja makan bersama raja dan para menterinya, mendadak terdengar suara sesuatu meloncat-loncat di tangga. Sesudahnya, ada sebuah ketukan di pintu diikuti suara yang berkata, “Tuan putri bungsu, biarkan aku masuk!” Mendengar namanya disebut, sang putri bungsu langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. Begitu terkejutnya ketika ia mendapati seekor kodok di hadapannya. Tanpa menunggu waktu lama, ia pun langsung kembali menutup pintu tersebut dan kembali duduk dengan perasaan gelisah. Melihat putri bungsunya begitu gelisah, sang raja langsung bertanya, “Apa yang kamu takutkan, putriku? Apakah ada raksasa yang berdiri di depan pintu dan hendak membawamu pergi?” “Bukan, ayah,” jawab sang putri,” Bukan raksasa yang ada di depan pintu, tapi hanya kodok jelek.” “Lalu apa yang diminta oleh kodok itu?” tanya sang ayah penasaran. Mau tak mau, sang putri bungsu menceritakan tentang bola emasnya yang terjatuh ke dalam sumur. Kemudian ia juga menceritakan tentang pertemuannya dengan sang kodok dan janji yang pernah ia ucapkan. Baru saja ia selesai bercerita, sekali lagi terdengar ketukan di pintu yang diikuti dengan suara sang kodok berseru, “Tuan putri bungsu! Bukalah pintunya untukku! Tidakkah kamu ingat akan janji yang kamu berikan untukku! Tolong bukalah pintunya!” “Seorang putri yang baik dan bijaksana akan selalu memenuhi janjinya!” ucap sang ayah. “Sekarang biarkanlah ia masuk dan penuhilah seluruh janji yang pernah kamu buat dengannya!” Baca juga Kisah Hikayat Hang Tuah dan Ulasannya yang Sarat Pesan Kepahlawanan Janji Sang Putri Sumber Wikimedia Commons Meskipun merasa kesal, tapi sang putri bungsu tak bisa menolak perintah yang dibuat oleh ayahnya. Mau tak mau ia pun kembali membuka pintunya dan membiarkan sang kodok masuk ke dalam istana. Sang kodok langsung mengikuti langkah kaki sang putri yang menuju ke meja makan. “Angkatlah aku supaya bisa duduk denganmu,” pinta sang kodok. Namun, awalnya sang putri tak ingin mempedulikan kodok itu sama sekali. Barulah ketika sang raja memerintahkannya untuk memenuhi janjinya, tuan putri mengangkat kodok itu untuk duduk di kursi. Setelah itu, sang kodok melompat naik ke atas meja dan berkata, “Sekarang dekatkan piringmu padaku, agar kita bisa makan bersama!” Sang putri bungsu langsung melakukan hal itu, meskipun tetap saja bisa terlihat kalau ia melakukannya dengan terpaksa. “Aku rasa sudah cukup sekarang,” ucap sang kodok setelah menikmati beberapa makanan yang ada di piring, “dan aku merasa sangat lelah sekarang. Kamu harus membawaku ke kamarmu karena aku akan tidur di ranjangmu. Putri bungsu yang membayangkan kodok yang dingin dan basah tersebut akan tidur di tempat tidurnya pun langsung menangis. Ia tak ingin kasurnya yang lembut dan hangat akan berubah gara-gara digunakan oleh sang kodok. “Putri bungsu!” bentak sang ayah penuh amarah, “Kamu adalah seorang putri raja! Seluruh janji yang telah kamu buat harus dipenuhi!” Masih dengan perasaan terpaksa, putri bungsu mengangkat kodok tersebut dengan kedua tangannya sendiri kemudian membawanya ke kamar. Sesampainya di kamar, ia meletakkan sang kodok ke salah satu sudut. Ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, sang kodok datang dan mengungkapkan keinginannya untuk tidur. “Angkatlah aku ke atas ranjangmu, tuan putri! Jangan sampai aku melaporkan tingkah lakumu ini kepada ayahmu!” ucap sang kodok. Mendengar hal tersebut, putri bungsu marah dan mengangkat sang kodok. Namun, bukannya meletakkan di tempat tidur, ia justru melemparkan kodok tersebut ke dinding sambil menangis dan berteriak, “Diam kamu, kodok jelek!” Akhir Sang Kodok Sumber Wikimedia Commons Ketika sang kodok jatuh ke lantai, mendadak ia berubah menjadi pangeran yang sangat tampan. Putri bungsu pun langsung berteriak kencang yang membuat raja dan para menterinya datang ke kamar sang putri. Pangeran tampan itu pun langsung menceritakan semua kejadian yang membuatnya berubah menjadi kodok. Mulai dari kutukan yang dibuat oleh sang penyihir dan usahanya untuk melepaskannya. Melihat ketampanan sang pangeran, tuan putri bungsu pun langsung jatuh cinta. Dan akhirnya, raja pun menikahkan sang Pangeran Kodok bersama putri bungsunya. Mereka pun hidup bersama dengan penuh kebahagiaan selamanya. Setelah pesta pernikahan itu dilangsungkan, datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry, pelayan setia sang pangeran. Ia berniat untuk membawa sang pangeran dan istrinya untuk memerintah kerajaannya. Ketika kereanya mulai berjalan, sang pangeran sempat mendengar ada suara patah di belakang kereta. Sang pangeran langsung bertanya pada Henry, “Apakah ada roda kereta yang patah, Henry?” Sang pelayan setia langsung menjawab, “Bukan roda kereta, pangeran! Namun ikatan rantai yang mengikat hatikulah yang patah. Akhirnya aku bisa terbebas dari ikatan ini!” Rupanya, selama ini sang pelayan setia itu mengikat hatinya dengan rantai saat pangeran dikutuk menjadi kodok. Tujuannya agar ia bisa merasakan penderitaan yang dialami oleh pangeran. Kini, karena hatinya sangat bahagia melihat sang pangeran terbebas dari kutukan, rantai tersebut langsung putus. Baca juga Simak Kisah Hikayat Bunga Kemuning dan Ulasan Menariknya di Sini! Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Pangeran Kodok Sumber Wikimedia Commons Setelah membaca cerita dongeng Pangeran Kodok dan Sang Putri, kamu bisa mengetahui beberapa unsur intrinsik seputar ceritanya. Di antaranya adalah tema, penokohan, latar, alur, dan pesan moral yang bisa didapatkan dari kisahnya. Langsung saja simak ulasannya di bawah ini, yuk! 1. Tema Setelah membaca kisahnya, mungkin kamu sudah bisa menebak tema utama dari cerita dongeng Pangeran Kodok ini. Ya benar, temanya adalah tentang janji yang harus ditepati. Jika bisa ditepati, nantinya akan ada hal baik yang bisa kamu dapatkan. 2. Tokoh dan Perwatakan Dalam cerita dongeng ini, tokoh utamanya adalah Pangeran Kodok dan putri bungsu. Dalam cerita kisah ini, tokoh Pangeran Kodok memiliki sifat yang tak mudah menyerah. Sementara sang putri bungsu yang akhirnya menjadi pasangan Pangeran Kodok memiliki sifat ingkar janji dan pemarah. Selain kedua tokoh utama tersebut, ada beberapa tokoh pendukung yang disebutkan di dalam cerita. Di antaranya adalah sang raja dan Henry, pengawal setia pangeran. 3. Latar Sumber Wikimedia Commons Latar dari cerita dongeng Pangeran Kodok ini adalah di dekat sumur di dalam hutan, ruang makan istana, dan kamar sang putri bungsu. Latar waktu yang disebutkan adalah siang dan pagi hari. 4. Alur Kisah tentang Pangeran Kodok ini menggunakan alur maju atau progresif. Ceritanya dimulai sejak bola milik putri bungsu masuk ke dalam sumur. Seekor kodok yang muncul dari dalam sumur pun menawarkan untuk mengambil bola tersebut. Sayangnya, janji tersebut tak ditepati oleh sang putri bungsu, sehingga keesokan harinya sang kodok mendatangi istana. Konflik mulai muncul ketika sang kodok menagih seluruh janji yang telah dibuat putri bungsu. Namun, dengan terpaksa ia memenuhi janjinya dan akhirnya mendapati kalau sang kodok aslinya adalah seorang pangeran. Mereka pun akhirnya menikah. 5. Pesan Moral Setiap cerita tentunya memiliki sebuah pesan moral yang baik untuk para pembacanya. Begitu juga cerita dongeng Pangeran Kodok yang satu ini. Pesan yang bisa didapatkan adalah janji yang sudah kamu buat harus dipenuhi. Jangan sampai seperti putri bungsu yang langsung mengingkari janjinya begitu saja. Padahal, jika ia memenuhi janjinya dengan baik, pada akhirnya ia bisa bertemu dengan wujud asli pangeran yang tampan dan menawan. Tak hanya unsur intrinsik, cerita dongeng Pangeran Kodok ini juga memiliki unsur ekstrinsik, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang politik, sosial, dan budaya masyarakat saat itu. Baca juga Cerita Rakyat Telaga Bidadari, “Jaka Tarub” dari Banjarmasin Beserta Ulasan Menariknya Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Pangeran Kodok Sumber Wikimedia Commons Sudah nggak sabar ingin mengetahui apa saja fakta-fakta menarik seputar cerita dongeng Pangeran Kodok? Tanpa menunggu lama, langsung saja simak ulasannya berikut ini. 1. Kisah Versi Disney Seperti yang sudah disebutkan di awal, kisah ini diadaptasi oleh Walt Disney Animation Studios pada tahun 2009 menjadi film animasi musikal berjudul The Princess and the Frog. Meskipun judulnya sama, film yang memiliki tokoh utama bernama Tiana dan Pangeran Naveen ini kisahnya jauh berbeda. Perbedaan yang terlihat jelas adalah Tiana bukanlah seorang putri dari sebuah kerajaan di antah berantah. Ia hanyalah seorang gadis muda dari New Orleans yang menyukai dunia kuliner dan ingin membuka restoran sendiri. Perbedaan lainnya bisa dilihat dari cara sang pangeran berubah menjadi manusia. Dalam film animasinya, sang pangeran harus mendapatkan ciuman dari Tiana. Menariknya, pada awalnya bukan pangeran yang kembali menjadi manusia, tapi justru Tiana yang berubah menjadi kodok. Baca juga Baca Kisah Cinderalas Asal Jawa Timur dan Ulasan Menariknya di Sini, Yuk! Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng Pangeran Kodok dan Putri di Artikel Ini? Begitulah akhir dari dongeng Pangeran Kodok yang memiliki cerita yang menarik. Sudahkah kamu merasa puas membaca kisahnya? Kalau sudah, jangan lupa ceritakan juga pada buah hati atau keponakanmu, ya! Kalau masih penasaran dengan cerita lainnya, langsung saja cek kanal Ruang Pena pada situs PosKata ini. Di sini kamu bisa menemukan dongeng Keong Mas, Kancil dan Buaya, Situ Bagendit, dan lain sebagainya. PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya. Dongeng Putri Tidur - Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan. Setiap hari raja dan permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa raja dan permaisuri dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang cantik. Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan mantera baiknya. "Jadilah engkau putri yang baik hati", kata penyihir pertama. "Jadilah engkau putri yang cantik", kata penyihir kedua. "Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun", kata penyihir ketiga. "Jadilah engkau putri yang pandai berdansa", kata penyihir keempat. "Jadilah engkau putri yang bijaksana", kata penyihir kelima. "Jadilah engkau putri yang pandai menyanyi", kata pneyihir keenam. Sebelum penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak diundang ke pesta ini?" Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantanya sempat bersembunyi dibalik tirai. "Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu." Penyihir tua yang jahat segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata, "sang putri akan mati tertusuk jarum pemintal benang, ha ha ha ha!..". Si penyihir jahat segera pergi setelah mengeluarkan kutukannya. Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri menangis sedih. Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh. "Jangan khawatir, aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat," ujar penyihir ketujuh. "Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun kembali setelah seorang pangeran datang padanya", lanjut penyihir ketujuh. Setelah kejadian itu, raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di negerinya segera dikumpulkan dan dibakar. Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan baik hati. Tidak berapa lama raja dan permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri. Sang putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk ke dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di dalam kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang putri duduk di depan alat pemintal dan mulai memutar alat pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tiba-tiba jari sang putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia menjerit kesakitan dan tersungkur di lantai. "Hi hi hi..... tamatlah riwayatmu!", kata sang nenek yang ternyata adalah si penyihir jahat. Hilangnya sang putri dari istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang diperintahkan untuk mencari sang putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam keadaan tak sadarkan diri. "Anakku! malang sekali nasibmu" ratap raja. Tiba-tiba datanglah penyihir muda yang baik hati. "Jangan khawatir, tuan putri hanya akan tertidur seratus tahun," kata penyihir. "Tapi ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian semua," lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana. Kemudian, penyihir itu menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana. Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu. Menurut cerita orang desa di sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja pangeran tidak percaya begitu saja pada kabar itu. "Akan kuhancurkan naga itu," kata sang pangeran. Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di gerbang istana, pangeran mengeluarkan pedangnya untuk memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk. Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali seperti semula. "Semak apa ini?" kata pangeran keheranan. Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati. "Pakailah pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang pangkalnya berkilauan. Dengan pedangnya yang baru, pangeran berhasil masuk ke istana. "Nah itu dia menara yang dijaga oleh naga." Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat kejadian itu melalui bola kristalnya. "Akhirnya kau datang, pangeran. Kau pun akan terkena kutukan sihirku!" Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara. Ia menghadang sang pangeran. Hai pangeran! jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih dahulu!" teriak si penyihir. Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas. Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya. Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa. Kemudian, dengan secepat kilat, pangeran melemparkan pedangnya ke arah leher sang naga. "Aaaaa....!" Naga itu jatuh terkapar di tanah, dan kembali ke bentuk semula, lalu mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir muda yang baik hati muncul di hadapan pangeran. "Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke tempat sang putri tidur," katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang putri tidur. Ia melihat seorang putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar yang merekah. "Putri, bukalah matamu," katanya sambil menggengam tangan sang putri. Pangeran mencium pipi sang putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang putri. Setelah tertidur selama seratus tahun, sang putri terbangun dengan kebingungan. "Ah apa yang terjadi?Siapa kamu?"tanyanya. Lalu pangeran menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada sang putri. "Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih pangeran," kata sang putri. Ketika melihat sang putri dalam keadaan sehat, raja dan permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat berterima kasih pada sang pangeran yang gagah berani. Kemudian pangeran berkata, "paduka raja, hamba punya satu permohonan. Hamba ingin menikah dengan sang putri." Raja pun menyetujuinya. Hari pernikahan sang putri dan pangeran pun tiba. Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang baik juga datang dengan membawa hadiah. Dongeng sebelum tidur Putri Hening dan Pangeran Taka. Dahulu kala, Raja Nusa mempunyai seorang putra bernama Pangeran Taka. Sang pangeran suka sekali bermain dengan bola emasnya. Suatu hari, ia asyik sendiri bermain dengan bola emasnya di dekat sebuah mata air. Saat itu, datanglah seorang nenek membawa sebuah kendi air. Wanita itu berlutut untuk mengambil air di mata air. Tiba-tiba timbul niat iseng di hati Pangeran Taka. Ia sengaja melempar bola emasnya sehingga kena ke kendi nenek itu sampai pecah. Nenek itu tidak berkata apa-apa. Tanpa bicara, ia pergi dan kembali lagi membawa sebuah kendi lain. Namun, untuk kedua kalinya Pangeran Taka melempar bolanya dan memecahkan kendi si nenek. Nenek itu kini menjadi marah. Namun ia tak berani mengucapkan sepatah katapun karena ia takut pada Raja Nusa. Nenek ini lalu meminjam uang pada tetangganya dan membeli kendi ketiga. Untuk ketiga kalinya, ia datang lagi ke mata air untuk mengambil air. Namun lagi-lagi, Pangeran Taka iseng melempari kendi si nenek dengan bola emasnya. Untuk ketiga kalinya juga kendi itu pecah berkeping-keping. Kali ini, nenek itu tak dapat menahan amarahnya lagi. Ia mendekati sang pangeran dan berbisik seperti mengutuk. "Aku hanya akan mengatakan ini padamu, Pangeran Taka! Badanmu akan selalu lemah dan sakit-sakitan kecuali kau berhasil membuat Putri Hening berbicara,” ujarnya, lalu pergi dari tempat itu. Pangeran Taka tidak mengerti arti perkataan nenek itu. Tahun demi tahun pun berlalu. Ia tumbuh semakin dewasa, namun tubuhnya semakin lemah dan sakit-sakitan. Pangeran Taka tidak selera makan. Tubuhnya kurus dan wajahnya pucat tidak sehat. Raja Nusa tidak tahu, penyakit apa yang diderita anaknya. Ia memanggil tabib untuk memeriksa Pangeran Taka. Namun tak ada yang bisa menemukan penyebab penyakitnya. Karena penasaran, Raja Nusa bertanya pada putranya, apa penyebab pertama ia menderita penyakit itu. “Bertahun-tahun lalu, aku tiga kali berturut-turut sengaja memecahkan kendi seorang nenek. Nenek itu marah dan sepertinya mengutuki aku. Itu sebabnya aku sakit begini. Tabib tak akan bisa menyembuhkan aku,” kata Pangeran Taka. “Ayah, aku rasa, aku bisa sehat kembali kalau berhasil bertemu Putri Hening. Aku harus membuat putri itu berbicara. Izinkanlah aku pergi mencarinya. Supaya aku terbebas dari kutukan ini,” ujar Pangeran Taka lagi. Raja Nusa sadar, Pangeran Taka bisa meninggal kalau penyakit misteriusnya tidak sembuh. Maka, dengan berat hati, ia mengizinkan Pangeran Taka pergi dengan membawa seorang pelayan setia. Malam itu juga, Pangeran Taka dan pelayannya memulai perjalanan mencari Putri Hening. Di perjalanan, kadang mereka lupa tidur dan makan. Enam bulan kemudian, penampilan mereka sudah seperti sepasang pengembara kumal. Tidak ada yang mengira kalau mereka adalah pangeran dan pelayannya. Pada suatu hari, mereka tiba di puncak sebuah gunung. Bebatuan dan tanah di puncak gunung itu, tampak berkilau cemerlang bagai matahari. Pangeran Taka dan pelayannya menjadi takjub. Mereka berjalan mengelilingi puncak gunung itu. Pada saat itu, seorang kakek mendekati mereka.

dongeng sang putri dan pangeran